Rihlah Ranu Kumbolo #4: Kami Pulang...

Malam kedua di bumi perkemahan yg sangat dingin. Saya menggeretukkan
gigi untuk menahan gigil dan juga perasaan pahit karena gagal masak
nasi! Saya tidak habis pikir bagaimana masak nasi yg sederhana ini bisa
jadi gagal, padahal kemarin siang nasinya mateng2 aja. Pffftt.
Menyoal makan. Dalam perjalanan ini, kami diwajibkan bawa makanan utk pribadi maupun kelompok. Nah, di tenda saya ada Mbak Nur dan Mbak Chana yang ketika kami semua bongkar keril di tenda, mereka membawa banyak banget makanan. Saya sampe melotot ngeliatnya, sebut saja: rendang (2 plastik), bistik, ayam goreng (2 plastik), chicken stick, mie instant, kering tempe, bahkan mereka juga sempet beli rawon 3 plastik :)). Ini cuman maincourse ya…. Belum yg snack dan berbagai macam minuman semacam energen dan coklat. Dalam hati “tau gini gue gak usah bawa apa2 kemari. Haha”. Tapi saya bukannya gak bawa apa2 lho ya… saya bawa cukup banyak makanan: dari abon, sarden, mie instant, telur asin, dll. Dan… semua makanan yang itu tidak ada yang dimakan. Ngapain makan begituan klo ada bistik sama rendang? :)).
Menyoal makan. Dalam perjalanan ini, kami diwajibkan bawa makanan utk pribadi maupun kelompok. Nah, di tenda saya ada Mbak Nur dan Mbak Chana yang ketika kami semua bongkar keril di tenda, mereka membawa banyak banget makanan. Saya sampe melotot ngeliatnya, sebut saja: rendang (2 plastik), bistik, ayam goreng (2 plastik), chicken stick, mie instant, kering tempe, bahkan mereka juga sempet beli rawon 3 plastik :)). Ini cuman maincourse ya…. Belum yg snack dan berbagai macam minuman semacam energen dan coklat. Dalam hati “tau gini gue gak usah bawa apa2 kemari. Haha”. Tapi saya bukannya gak bawa apa2 lho ya… saya bawa cukup banyak makanan: dari abon, sarden, mie instant, telur asin, dll. Dan… semua makanan yang itu tidak ada yang dimakan. Ngapain makan begituan klo ada bistik sama rendang? :)).
![]() |
Makanan asli dari Medan dan dari supermarket campur aduk di sini |
![]() |
hasil karya sayah: nasi matang sempurna |
![]() |
Warung segala ada |
Pagi2 di hari kedua, semua peserta sudah
kembali duduk di depan Ranu Kumbolo dengan membawa kamera masing2 dan
tentu saja tripod! Saya awalnya mau ngajak si kakak buat motret danau
dari tanjakan cinpret cinta. Tapi sepertinya si kakak sudah kapok nanjak
ke sana, jadi saya sendirian melipir ke atas. Perlengkapan saya waktu
itu “hanya”: jaket dua lapis (mantel dilapis jaket tebal), kaos kaki
dobel plus sandal gunung, sarung tangan bahan polar, dan kupluk. Saya
sudah mulai merasa dingin saat saya mulai menapaki kembali tanjakan itu,
tapi saya tahan saja sebisanya. Saya waktu itu berfikir “Mungkin saja
ini adalah pertama dan terakhir kali saya ke sini, so it’s worthy to be
frozen” :)).
![]() |
tidak ada sunrise pagi itu |
Setelah cukup puas duduk di tanjakan cinta, saya kembali ke kemah. Saya mengisi perut dengan jahe panas untuk memberi kehangatan ke tubuh yg sudah kedinginan sejak satu jam yg lalu. Saya kemudian membawa 2 botol besar bekas air mineral untuk diisi dengan air danau. Air itu nanti dipakai untuk perbekalan minum saat pulang. Air Ranu Kumbolo rasanya memang agak berbeda dengan air kemasan, tapi insyaallah sehat kok. :D
Waktu saya selesai mengisi air, si kakak yg ternyata sudah nongkrong di
danau bersama mas Awi dan Mas Yudi melambai-lambaikan tangan ke saya.
Saya sembari membawa 2 botol penuh air menghampirinya. Dan tak lama
kemudian saya mengikuti mereka untuk mengelilingi Ranu Kumbolo pagi itu.
Mungkin semacam perjalanan perpisahan untuk danau itu.
Ternyata… melihat perkemahan dari sudut pandang 180 derajat adalah hal yang berbeda. Saya benar-benar tidak menyesal mengikuti langkah kaki bapak2 yang berotot dan meski saya sudah agak kepayahan waktu itu. Saya hanya menguatkan kaki untuk tetap berjalan :D. Saya ikut senang ketika landscapers mendapat foto yg bagus dalam setiap pemberhentian kami. Meski dalam hati saya mengiris2 sembilu karena gak bawa kamera. Haha.
Ternyata… melihat perkemahan dari sudut pandang 180 derajat adalah hal yang berbeda. Saya benar-benar tidak menyesal mengikuti langkah kaki bapak2 yang berotot dan meski saya sudah agak kepayahan waktu itu. Saya hanya menguatkan kaki untuk tetap berjalan :D. Saya ikut senang ketika landscapers mendapat foto yg bagus dalam setiap pemberhentian kami. Meski dalam hati saya mengiris2 sembilu karena gak bawa kamera. Haha.
![]() |
Ranu Kumbolo dari sisi lain |
Saya langsung berlarian ke tenda, memasuk2kan semua benda ke keril lalu bergegas ke tenda si kakak. Saya harus konsolidasi sama si kakak karena rencananya kami akan menggunakan porter untuk perjalanan pulang kali ini.
Kami sama-sama paham bahwa jika memaksakan utk membopong keril ketika pulang akan berefek kurang baik bagi kondisi fisik. Jadi, keril merahnya si kakak kami penuhi dengan semua barang dan diserahkan ke porter. Biaya porter: Rp 150.000,-. Kami hanya menyisakan Sleeping bag yg ringan, jas hujan (krn kita tidak tau akan turun hujan atau tidak ketika kami pulang nanti), air minum, makanan ringan, dan tentu saja kamera. Rencananya satu keril akan kami bawa bergantian: saya dari Ranu Kumbolo sampai pos 3, selebihnya akan dibawa sama si kakak.
Setelah packing, kami sebenarnya sudah diburu2 untuk segera pulang. Tapi saya sempatkan dulu untuk masak mie instan sekedar utk mengisi perut buat saya dan si kakak. Saya tidak mau ambil resiko kalau2 si kakak pingsan (meski kemungkinannya sangat kecil mengingat cadangan kalorinya sangat berlimpah dibanding saya #eh). Setelah makan dengan begitu cepat dan tangkas… kami buru2 bergabung dengan rombongan utk pulang.
Kadang, “pulang” tidak selalu bermakna bahagia ya… :’)
![]() |
Tanjakan cinta untuk terakhir kalinya |
Saya lebih banyak berdua bareng si kakak waktu pulang. Mungkin karena air minumnya cuman ada 1 botol besar utk berdua. Jadi mau gak mau kami harus bersama :)). Sampai di pos 3, kami disambut dengan bapak penjual gorengan dan buah. Saya membeli 2 pisang seharga Rp 5.000,- (yg dua2nya utk si kakak :p) dan sebotol air mineral 600 ml seharga Rp 10.000,-. Menurut saya harga segitu adala harga yg layak, malah sangat murah mengingat tekanan ekonomi mereka juga berat serta… gak mudah lho tiap pagi jalan kaki 3-4 jam ke pos2.
Alhamdulillah, perjalanan pulang lancar tanpa kendala. Tidak ada yg kena hipotermi lagi. Hehe.
Sebelum pulang ke tujuan masing2, kami bermalam di Rumah Pakde Ikmal di Tumpang, makan malam dengan lontong kupat telur khas malang yg nagih banget rasanya! Klo gak malu, saya pingin nambaahhh… :)). Pagi2nya kami pulang ke Bandung dengan pesawat. Terima kasih kepada Pakde Ikmal yang telah berepot2 ria mengantarkan kami ke terminal bis..
Terima kasih ya Ranu Kumbolo atas kenangannya yang indah <3.
November 2014
0 comments
InsyaAllah saya selalu berkunjung ke blog para pengunjung yang sudah meninggalkan komentar di blog saya. Tapi tolong jangan sebar link hidup di komentar ya karena auto click spam ^^