Kopi Anjis: Tempat Hangout Murah Sampai Tengah Malam Di Bandung

12 komentar

 “Aku mau rapat di Kopi Anjis, mau ikut?” kata suami saya (ngomong kayak gini bisa 3-4 kali dalam 1 bulan)
“Rapatnya di sana muluk. Ada apa di sana?”
“Kue cubitnya enak, wifinya kenceng”
“Kuy ah!” manusia fakir bandwith ini langsung setuju gitu aja.

Saya main di Kopi Anjis baru 3 kali. Tiga-tiganya di Kopi Anjis Jalan Gatot Soebroto (sebelum  Trans Studio Bandung kalau dari arah Kiara Condong). Tiga-tiganya diajakin suami, tentu saja yang bayarin ya suami saya. Dan tiga-tiganya saya ditinggal sendirian sampai jam 11 malam, yang terakhir malah sampai warungnya tutup, hahaha.

Pertama kali saya dengar nama warkop ini, saya kira itu plesetan dari sebuah makian “Najis”, LOL. Maklum usaha anak jaman sekarang kan kalau nggak nama usahanya yang nyeleneh,  ya konsep penyajian makanannya yang kadang bikin saya mengernyitkan dahi atau (bahkan ada yang bikin) mual. Pernah liat restoran yang “piringnya” pakai toilet kan? Yah, semacam itu lah.

lantai dua
Meski sampai sekarang saya nggak paham apa arti kata “Anjis”, saya cukup suka main dan berlama-lama di warung kopi ini. Kopi Anjis di Gatsu (singkatan dari Gatot Soebroto) ini terdiri dari 2 lantai. Kita bisa menemukan kasir, dapur, toilet laki-laki dan perempuan, serta musholla di lantai satu. Oya, tentu saja nggak ketinggalan kursi dan meja para pelanggan. Di lantai 2 cuman ada kursi dan meja untuk para pelanggan serta 1 toilet di sebelah kiri tangga. Ada bel untuk memanggil mas/mbak pelayan yang terletak di dinding pojok dekat tangga. Bel ini berguna bagi para pelanggan yang harus berfikir, semedi, sampai sholat istikharah untuk menentukan pilihan menu. Bel ini juga menjadi salah satu penyelamat waktu bagi para mas/mbak pelayan daripada nunggu para pelanggan yang galau di depan buku menu yang tebalnya hanya 5-6 lembar itu.

Saya suka desain interior, pemilihan material kursi dan meja, penataan lampu, serta sedikit lelucon yang ditempel pada kotak tisu yang dipasang di tembok (kotak tisunya nggak disimpen di meja seperti di warung/resto pada umumnya) warung kopi ini. Tapi yang bikin saya sebel sama warung ini adalah nggak ada non smoking area, kecuali tempat rapat di lantai 3 yang sering dipake sama suami saya buat rapat sampai tengah malam itu. Saya nggak ngerti kenapa harus nggak ada ruangan bebas asap rokok, padahal di lantai 2 jelas-jelas ada AC yang nangkring di salah satu dinding. Ya kecuali kalau AC itu memang ada tempelan post it “RUSAK” sih… Kondisi ini membuat saya mabok asap rokok di 3 kesempatan saya main di sana. Kalau wifinya nggak kenceng, saya kayaknya lebih milih tidur di mobil saja.

Satu poin lain yang bikin Kopi Anjis ini kurang oke adalah tempat parkirnya yang mungil icikiwir. Memang parkirannya bisa muat 20-an motor, tapi kalau udah ada mobil yang dateng, maka tempat parkirnya tiba2 seperti menciut. Apalagi kalau yang parkir mobil adalah para pemuja “parkir semau gue”, yang bikin saya dan suami harus muter balik dan nyari tempat parkir deket situ. Untungnya ada 3 deretan ruko yang sudah tutup dan jadi tempat parkir liar (lengkap dengan mamang parkirnya, tentu saja) tepat di samping Kopi Anjis ini.

Untuk makanan, saya kasih nilai 3,5 dari 5. Ini murni subjektif dari saya pribadi ya,,, yang lain boleh setuju atau tidak setuju. Oya, saya nggak bakalan nulis tentang kopi, karena selama 3 kali ke sana, nggak pernah sekalipun pesen kopi. Da saya mah gitu orangnya, di warung kopi nyarinya cilok, haha.

Saya tulis makanan yang masih saya inget aja ya
Pisang Gemes Banget
Yang saya ingat betul adalah… porsinya besar! Pisang ini diiris memanjang dan digoreng dengan selimut tepung roti (mirip sama nugget pisang, tapi pisangnya masih utuh). Pisang yang masih panas dari penggorengan diberi topping keju. Rasanya enak. Berdoa saja agar stok pisang di dapur Kopi Anjis ini selalu pisang matang dan rasanya manis, bukan pisang karbitan. Saya nggak nuduh mereka pake pisang karbitan lho ya… Nggak ada salahnya kan berdoa untuk hal-hal kecil semacam ini.
Harga: Rp 18.000,-
cahayanya kuning suram begini di lantai 2
Seblak Komplit
Iya, kamu nggak salah baca. Saya pesen seblak di warung kopi :p. Seblak komplit ini kalau saya liat di piring: isinya kerupuk basah, tahu, telur, dan bakso. Nggak tau ya kalau ada isian lain yang udah terlanjur ancur di penggorengan sebelum berstatus “matang”.
Harga: saya nggak inget, tapi masih belasan ribu.





Cilok Kuah
Menu ketiga ini semakin membuat saya yakin kalau saya bukan termasuk manusia millennial yang doyan sama makan makanan modern dengan nama menu yang rumit. Saya menikmati kesederhanaan, yang penting saya nyaman. Sama seperti ketika saya memilih suami #lahh jadi suamimu mirip cilok gitu? =))

Cilok kuah ini rasanya rada plain ketika dicicip rasa asli tanpa tambahan apa-apa, tapi ketika sambal pendampingnya yang tampangnya biasa-biasa aja itu dicampur ke dalam mangkok, rasanya meledak di mulut! Pedas, gurih, kenyal, dan tentu saja bikin mata saya melek. Mantab abis deh…
Harganya saya juga nggak inget, haha… tapi nggak sampe 20 ribu kok.


Teh Tarik
Kata suami saya teh tarik yang disajikan di Kopi Anjis ini teh tarik asli, bukan teh tarik sachetan. Jadi saya pede banget buat pesen teh tarik setelah perut dihangatkan oleh semangkuk cilok kuah. Tapi ekspektasi yang terlalu tinggi, ditambah ingatan manis pada teh tarik ala Kuala Lumpur dan Penang, membuat saya harus mengernyitkan dahi ketika menyeruput teh tarik yang disajikan. Saya berfikir lama “emang teh tarik rasanya begini ya? Dulu waktu minum teh tarik asa nggak begini…” Saya nggak bisa mendeskripsikan bagaimana rasanya karena saya bukan chef atau food reviewer, saya hanya ingat kalau rasanya sedikit berbeda, tapi tetap enak kok, haha.
Harga: Rp 14.000


teh tarik dan teh manis

Di akhir tulisan yang semoga ada faedahnya ini, Kopi Anjis sangat-sangat terjangkau harga dan rasanya buat karyawan seperti saya. Oke banget buat mahasiswa yang ingin ngerjain tugas sambil download film tapi hanya modal es teh manis, atau untuk segerombolan anak muda yang ngumpul sampai tengah malam tapi cuman sanggup buat beli kopi atau alpukat kerok.

Sekali lagi, ini opini yang benar-benar jujur dan subjektif dari saya sebagai seorang pelanggan.
Ncuss.
susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

12 komentar

  1. Saya jadi pengen cilok kuahnya, mantabs

    BalasHapus
  2. Oh ada ya di kircon, lbh deket nih dr rumah... Cobain ah...

    BalasHapus
  3. Duh jadi pengen ajak bebeb ngopi anjis disini, tfs tetehhh

    BalasHapus
  4. Belum pernah ke kopi Anjis,tapi udah sering denger namanya,kayaknya recmended banget yah

    BalasHapus
  5. Pisangnya sungguh menggoda, enak dimakan saat cuaca dingin gini

    BalasHapus
  6. Ah ini deket LIA riau, udah lama pengin mampir, secara sering lewat situ hihi..

    BalasHapus
  7. Ya ampun cilok kuahnya penasaran deh, sering lewat padahal yang dijalan cendana itu hihi

    BalasHapus
  8. Enak buat ngumpul juga ya teh Kopi Anjis ini. Harganya juga emang terjangkau.

    BalasHapus
  9. pertama kali baca dalem hati otomatis bilang kafe "Najis" mba... wahahaha.

    Ngilerr ama seblak komplitnyaaa :D

    BalasHapus
  10. Wah, menunya asik-asik ya... Pantes betah ke sana. Saya baru sekali datang ke kopi anjis.

    BalasHapus
  11. Aku pernah ke sini. Tempatnya emang cozy. Baru sempet nyobain seblak, cilok dan kopinya. Pengennya sih cobain yang lain tapi kapasitas perut dah keburu full hehehe

    BalasHapus
  12. kalau pas mampir ke bandung, mau coba lah ini cafe anjis,,,, kayaknya sik banget deh

    BalasHapus

Posting Komentar