Gaya Hidup dan Prostitusi Online Yang Kembali Viral

9 komentar
Nggak gaya, nggak hidup.
Pernah dengar istilah itu?
Pernah, tapi saya mah nggak gitu kok.
Masa'? Yakin lo? :p

 

Buat yang sudah lepas dari bangku kuliah dan bekerja lalu memiliki penghasilan sendiri, ada semacam kesenangan dan rasa "akhirnya bisa membeli sesuatu yg selama ini gue pengen". Ngaku deh! Saya sendiri nggak akan denial, karena dulu saya juga gitu, even sampai sekarang masih ada keinginan untuk beli ini itu.



Sumber foto: pixabay

Perhatikan kata "pengen" di kalimat di atas. Pengen atau ingin, menurut saya, adalah sebuah hasil dari proses interaksi panjang antara pengetahuan dan karakter yang dimiliki dengan pergaulan baik di dunia nyata maupun maya. Siapa yg jadi teman nongkrong saat pulang kerja akan mempengaruhi kita saat menentukan tempat untuk makan di luar rumah hingga toko mana yang jadi langganan kebutuhan (atau keinginan) kita. Siapa yang kita follow di Instagram dan facebook (not to mention yg diperlihatkan real atau fake) juga berkontribusi dalam memberikan fatamorgana di alam bawah sadar tentang "begitulah seharusnya hidup". Mungkin nih ya pernah terbersit dalam hati dan pikiran kita: 
"Temen" di instagram liburan ke luar negeri tiap tahun, masa' gue nggak. "Temen" di instagram staycation tiap bulan, masa' gue nggak. 
*lalu ngaca sendiri karena dulu pernah kayak ginih*

 

Saya sudah bekerja selama kurang lebih 8 tahun, 7 tahun di antaranya saya lalui dengan status istri. Saya nggak menyangka juga sih kalau status sebagai seorang istri ini membuat saya lebih hati-hati dalam menggunakan payroll yg setiap bulan saya terima. Doyan jajan dan jalan-jalan mah teteeepp yaaa... tapi ada rem yg cukup pakem untuk menjaga saya, yaitu kebutuhan sebagai sebuah keluarga kecil agar dapat hidup mandiri dan sejahtera. Tapi ternyata banyak orang yg tidak se"beruntung" saya. Teman-teman dan orang-orang di luar sana bekerja bertahun2 tapi terpleset pada gaya hidup yang akhirnya mencekik leher dan dompet. Malah ada yang sudah terjebak pada pusaran setan hedonisme sejak belum bekerja. Gila banget sih kalau yang ini...

 

Saya rada shock ya waktu baca fakta bahwa banyak anak SMA (bahkan SMP!) yang memperdagangkan diri untuk membeli gadget, katakanlah iphone X. Malah ada yang bisa mendapatkan puluhan juta hingga mencapai 3 digit (ratusan juta) ketika pertama kali terjun di "bisnis" ini yaitu saat menjual status keperawanan kepada om-om. Saya sebagai perempuan cuma bisa istighfar ketika membaca dan melihat video pengakuan pelaku "bisnis" ini. Yang bikin saya tambah miris adalah ada yang mengaku menyesal menjual keperawanannya sekian puluh juta karena kalau dia udah tau aturan main dunia hitam itu, dia bisa dapat lebih banyak apalagi waktu itu dia masih SMA. Ngeri banget ini sih...

Yang bikin saya bingung gini lho, mbakmas...
Anak SMA dan SMP kok bisa kepikiran buat "kepengen" beli, contohnya, iphone X yang saya aja yang udah kerja nggak ada rasa kepingin sama sekali (baca: karena nggak ada duitnya, haha). Ternyata hal ini salah satu penyebabnya karena pergaulan atau bahasa kerennya "peer presure". Apalagi anak umur belasan kayak gitu tolok ukur hidupnya adalah teman-teman mereka, their world is all about friends


Kalau temen gue pake iphone, masa' iya gue make xiaomi 
*lempar henpon xiaomi gue yang udah retak =))* 

Perasaan inferior dengan orang lain hanya karena benda-benda duniawi ini menurut saya tidak terbentuk dalam satu malam, tapi karena dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua di rumah. huhu.. jadi kompleks kan...

Balik lagi ke om-om dan anak SMA/SMP tadi. Om-om "klien" para anak SMA/SMP itu kalau bahasa kerennya disebut sugar daddy. Buat adek-adek emesh yang masih kecil udah belajar jadi pelacur itu disebut sugar baby. I know, some of you bakalan mengernyitkan dahi dengan kosa kata "pelacur" yang saya tulis tadi. Mohon maaf yah, karena saya nggak suka menggunakan istilah yang sudah menggunakan majas eufimisme karena membuat perbuatan dosa nampak sparkling dan keren -__-". Menurut psikolog Elizabeth T. Santoso, sugar baby-sugar daddy di Indonesia sudah termasuk prostitusi. Prostitusi ya pelacuran lah, apalagi coba? Jadi bukan saya yang bilang ya... tapi ibu psikolog yang tentu punya background keilmuan yang mumpuni dibandingkan saya.

Sedihnya, fenomena ini tidak hanya menyerang anak SMA tapi juga orang dewasa yang sudah bekerja. Banyak perempuan yang berumur 20-an menjalani kontrak jadi sugar baby om-om tertentu agar dapat uang jajan, tempat tinggal (biasanya apartemen), dan kendaraan (mobil ya, bukan motor). Lagi-lagi alasannya agar terlihat keren dan sukses di mata teman-teman, baik itu teman kerja, teman hang out atau bahkan teman virtual di instagram. 


Kalau ini namanya bukan peer presure, apa lagi coba? 

Ada juga tuh cerita salah seorang selebgram yang jadi simpanan om-om untuk membiayai gaya hidup yang nampak sempurna di feed instagram karena penghasilan jadi selebgram udah nggak cukup buat nutupin lifestyle yang kebangetan*.

Prostitusi atau pelacuran online yang saat ini marak karena kasus artis tanah air berinisial VA dengan 80 jutanya** itu hanya percikan magma yang sudah bergolak di perut gunung berapi. The truth is more brutal dan kita kebanyakan menyangkal karena hal itu tidak nampak di mata kita. Tapi percayalah jika perbuatan maksiat ini tidak diberantas secara tuntas, anak keturunan kita bisa jadi akan terkena imbasnya. Na'udzubillahi min dzalik.

Selain memperkuat benteng agama dalam diri sendiri, ada tiga hal yang saya anggap penting dan mungkin bisa membantu kita (sebagai remaja atau orang dewasa) agar tak tergoda menuhankan dunia dan segala perhiasannya adalah:

1. Audit your (best) friends
Yaelah, Jamilah... temen gue sedikit, masa' pake di-audit segala -__-
Mohon maaf, Maemunah.. tapi seperti yang disampaikan oleh Nabi

 
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
 

Friends
Gak hanya agama, seperti yang sudah dijabarkan di awal, teman itu bisa jadi katalis kesuksesan kita atau malah jadi racun. Saya lebih suka memiliki satu atau dua teman saja tapi mendorong saya untuk terus jadi orang yang lebih baik daripada banyak (yang ngaku) teman tapi malah nyebarin toxic di pikiran.

 

Boleh temenan sama siapa aja, tapi yang wajib dijadikan orang terdekat adalah yang memiliki positive vibe saja. Nggak ada gunanya membela diri dengan "ah, sahabat gue emang hedon, waktu nongkrong juga pengennya yang mahal-mahal, tapi gue nggak kok". Percayalah, pasti ada rasa nggak enak atau dilema ketika kita menolak untuk ikut hang out bareng mereka. Rasa nggak enak dan dilema itu bikin jiwa kita gak sehat, dan nggak worth it untuk dipertahankan.

2. Perbaiki hubungan kita dengan uang
Maksudnya gimana? Anggap uang sebagai sesuatu yang biasa, yang kita pakai kalau butuh barang/jasa yang kita nggak sanggup buat bikin sendiri. Definisi uang kan adalah alat pembayaran ya... :D

Jadi orang juga jangan "kagetan" sama duit. Dapet gaji 3 juta cukup, tahun depan naik jadi 6 juta gak taunya kalap belanja atau kredit ini itu yang akhirnya bikin kita merasa kurang sama gaji. Dapet bonus tahunan, tangan gatel banget buat beli baju terupdate dan skin care yang ngehits -__-".

Biasanya ini terjadi karena kita belum...

3. Miliki tujuan finansial yang jelas dalam hidup
Kita kerja buat apa sih? Apa cuman buat beli ini itu kemudian mati?

Saya pribadi, setelah baca banyak buku dan ngobrol dengan orang-orang yang lebih paham soal finansial, tersadarkan bahwa saya kerja agar (salah satunya) nanti saya bisa pensiun dengan tenang tanpa nyusahin anak-cucu nanti (meski belum punya anak juga sih sampai sekarang XD). Dengan umur di akhir 20-an ini saya paham betul bahwa dana pensiun yang nggak sedikit itu harus dicicil sedikit demi sedikit.

Saya percaya, tidak ada orang yang ingin bekerja terus menerus sampai melewati usia pensiun, apalagi perempuan. Kalaupun ada yang semangat bekerja sampai lansia, biasanya kalau nggak terpaksa ya karena hobi aja. Saya sih nggak mau ya kerja karena terpaksa, apalagi kalau udah tua dan renta gitu. Saya inginnya nanti ketika sudah di usia 40an kegiatan saya kebanyakan diisi dengan menyalurkan hobi (yang dibayar sama klien :p) bareng suami yaitu motret. Kebutuhan sehari-hari di usia itu hingga nanti menutup usia sudah tercukupi dengan dana pensiun yang saya dan suami kumpulkan dari sekarang.

Dengan tujuan yang jelas, saya dengan sendirinya mampu memilah-milah: mana yang dibutuhkan mana yang cuma sebatas "pengen". Karena itulah semoga, dengan izin Allah SWT, saya dan teman-teman semua nggak akan terjerumus dengan gaya hidup hedon yang menyeret kita ke sisi kehidupan yang sangat kelam.


***

Dari tulisan saya yang panjangnya kebangetan ini, gimana tanggapan teman-teman semuanya? Setuju kah? Ada yang perlu dikoreksi atau ditambahkan? Mari kita berdiskusi di kolom komentar =D


*bisa dibaca di sini
**Sejujurnya saya nggak tau ada artis yang namanya VA sampai sebelum berita itu muncul di explore akun instagram saya.
susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

9 komentar

  1. Saya ketinggalan info banget nih, hehe soal prostitusi ini, tapi bener ya kadang kebanyakan uang ga jaminan, ngeri yah artis - artis gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, teh.. gak cuma artis sih.
      poinnya adalah bahkan anak SMP dan SMA pun udah merambah ke bisnis prostitusi ini. jijik banget kan

      Hapus
  2. Penting banget mengaudit teman2 dekat kita. Gimana pun orang2 yang mengelilingi kita sangat memengaruhi pola pikir dan pilihan hidup. Ttg prostitusi online ini,utk mereka yg tidak dijebak akhirnya ga bisa keluar,semoga ada jalan terang yg menyadarkan..

    BalasHapus
  3. Lingkungan tempat di mana kita tinggal memang menentukan banget ya, Teh. Dan lingkungan itu ngga hanya dunia nyata tapi juga dunia maya (dunia maya juga dunia nyata si.. Nah bingung sayanya :D

    BalasHapus
  4. Saya juga lagi memilah dan memilih teman yg seperjalanan :)

    BalasHapus
  5. Astagfirulloh, sebagai irt yang ketinggalan trending n hossip saya baru tau dan miris jadi netgatif thinking klo yg sempurna itu dibelakangnya ada om om huehehhe btw akuma dikasih hape xiaomi aja udah seneng sama bebeb cz uangnya halal jdi tenang. Moga kita bisa financial freedom

    BalasHapus
  6. Iyalaah...
    Bener banget, teh.

    Kita seperti apa itu tergantung dari sama siapa kita bergaul dan lingkungannya.
    In syaa Allah,
    Dunia memang perlu dicari, namun tidak dalam genggaman.

    BalasHapus
  7. Aku baru tau si VA juga pas beritanya me blow up Teh

    BalasHapus
  8. Weee aku malah nggak ngikutin sama sekali yang viral itu wkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar