Kurban Online vs Kurban Konvensional, Mana yang lebih baik?

25 komentar

Hola, semuanya
Alhamdulillah kurang lebih dua minggu lagi kita akan menyambut hari raya Agama Islam yaitu Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Saya merasa cukup emosional dengan hari raya ini karena keinginan untuk menunaikan ibadah haji belum kesampaian, semoga someday saya dan suami bisa ke Baitullah dalam kondisi sehat, kuat dan masih muda :D. Alasan kedua adalah karena di hari raya ini saya (dan kita semua) menunaikan ibadah kurban, menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketundukan atas perintah Allah untuk meneladani Nabi Ibrahim.


Di zaman modern seperti sekarang, ibadah kurban dan beberapa ibadah lain dipermudah dengan adanya teknologi. Contohnya dulu kalau mau bayar zakat, infak, wakaf, dan kurban, kita harus datang ke takmir masjid atau datang ke kantor pelayanan zakat. Seiring berjalannya waktu, lembaga yang menerima pelayanan dana sosial keagamaan meningkatkan servisnya dengan adanya layanan jemput zakat dan kurban. Yaitu kita sebagai muzakki (wajib zakat) atau muqorrib (yang mau qurban, gampangnya :D) tinggal telpon/sms/whatsapp ke contact person dari lembaga tersebut, dan petugas akan datang ke alamat kita untuk menjemputnya. 

Sekarang mah kita sebagai seorang muslim atau dermawan pada umumnya (karena kebaikan tidak mengenal agama, ras, dan stasus sosial lainnya) dimanjakan dengan teknologi untuk berbuat baik kepada sesama atau sebagai bentuk ibadah. Ibadah kurban pun mengalami perubahan dan transformasi dari segi layanan pembayaran, pemotongan hewan kurban hingga penyaluran daging kurban kepada orang-orang yang membutuhkan. Oleh karena itu sekarang ada dua golongan dalam ibadah kurban: penganut kurban konvensional dan kurban online.

Kurban Online

Kurban online banyak sekali caranya, tapi intinya sama: kita nggak perlu repot-repot survei dari satu kandang domba ke kandang lainnya. Kita hanya tinggal klik website/situs kurban yang kita percayai, transfer, dan voila! Ibadah kurban kita sudah terlaksana. Canggih, hemat energi, dan cocok banget buat manusia milenial yang super sibuk setiap hari.

Sebagai wawasan nusantara, saya tuliskan beberapa metode yang bisa dipilih untuk kurban online.

Website Lembaga kemanusiaan
contohnya
Di setiap situs sudah ada keterangan harga kurban dan spesifikasi hewan kurban yang dibeli sesuai harga.

Kurban via e-commerce
Beberapa contoh e-commerce yang menyediakan produk kurban:

  • Tokopedia,
  • Bukalapak,
  • Shopee,
  • Lazada,
  • duh, banyak lagi :D
Di setiap e-commerce juga sama, udah ada harga dan spesifikasi hewan kurban yang bisa kita pilih. Coba cek di setiap e-commerce, buat para pemuja hidup berkah dan hemat, biasanya ada voucher cashback lho. Lumayan kan bisa hemat sedikit, hehe.

Hingga 2018 lalu, berarti saya sudah menunaikan ibadah kurban sebanyak 7kali (yaitu sejak saya sudah bekerja dan mendapatkan uang sendiri) dan semuanya saya lakukan dengan metode online/non konvensional. Saya selama ini mempercayai Rumah Zakat sebagai lembaga penyalur qurban saya dan keluarga.


https://sharinghappiness.org/superqurban

Aspek lain yang bikin saya suka dengan layanan dari Rumah Zakat adalah daging kurban saya (dan muqarrib lain) diolah menjadi bentuk kornet dan rendang yang dikemas dalam bentuk kaleng. Kornet dan rendang ini bisa tahan 3 tahun dan bisa didistribusikan ke seantero dunia. Kalau dilihat dari akun media sosial Rumah Zakat, daging kurban ini sudah menjangkau Suriah, Rohingya-Myanmar, Nepal, pengungsi Palestina di Turki, dan tak lupa para korban bencana gempa tsunami di Lombok, Palu dan Selat Sunda. Saya pribadi tentu saja sangat tersanjung dan terharu kalau ada satu anak penyintas bencana tsunami di salah satu sudut Kabupaten Donggala yang makan rendang dari kurban saya. Teman-teman semuanya bisa baca di website www.rumahzakat.org sendiri ya…  Tulisan ini murni pengalaman pribadi saya dan nggak dibayar sama Rumah Zakat :p.

Baca:

Dalil daging kurban dikornetkan

Untuk tahun 2019 ini, saya dan suami memutuskan untuk menunaikan kurban dengan cara konvensional.
Lho, gimana sih Maemunah? 

Kan katanya tadi kurban online udah oke banget sampai promosi Rumah Zakat segala, haha

Tenang, saya bisa jelaskan…
Jadi begini ceritanya, Gengs…
*benerin jilbab *
Ibadah kurban ini selain aspek langit (ibadah kepada Allah SWT, Tuhan kita) tapi juga ada aspek bumi atau sosialnya. Aspek sosial ini tentu saja sudah terpenuhi saat saya kurban online. Tapi ketika saya ikut serta pada program kebaikan untuk masyarakat yang jauh di mata (dan dekat di hati), tentu saja saya juga harus ikut berkontribusi ke warga yang dekat dengan saya.

Saya dan suami sudah tinggal di perumahan di Kab. Bandung Barat ini sekitar 4 tahun. Selama itu pula kami hampir selalu berangkat kerja ketika orang-orang masih sibuk dengan keluarga di dalam rumah dan pulang ketika gelap sudah jadi selimut malam. Yang paling sering melihat kami di perumahan kayaknya Pak Satpam yang sering bantuin buka gerbang perumahan, haha. Cung yang mengalami hal yang sama seperti kami!


Kami memutuskan untuk berkurban di rumah sebagai salah satu cara untuk mempererat tali silaturahim dengan sesama warga di komplek perumahan kami. Selain itu juga untuk menyampaikan ke warga, bahwa kami masih jadi penghuni di perumahan tersebut meski rumah itu sering kali hanya kami jadikan sebagai tempat untuk tidur di malam hari saja, hehehe :D.

Karena itulah, sejak 2 minggu yang lalu saya dan suami berpetualang mencari domba yang akan kami kurbankan.

Kurban Konvensional

Begini perjalanan kami untuk berkurban di tahun ini:
Kami mendatangi setidaknya 3 lokasi penjualan domba kurban di Kota Bandung dan Cimahi. Yang kami lihat adalah kondisi fisik domba yang sehat dan tentu saja sesuai dengan budget yang kami punya. Pengalaman ini benar-benar pertama kalinya kami alami karena sebelumnya kami tinggal transfer aja :D. Dari pengalaman ini ternyata survei dan mencari domba yang sesuai dengan keinginan kita itu butuh energi dan waktu yang tidak sedikit. Kami baru bisa survei di weekend (kalau saya dan suami tidak ada agenda) atau setelah pulang kerja yang membuat kami sampai baru sampai rumah sekitar jam 8 atau jam 9 malam.  Di survei kami yang terakhir, kami akhirnya membayar uang muka terlebih dahulu ke penjual domba kurban sekitar malam Kamis tanggal 25 Juli dan baru hari Sabtu pagi kemarin kami melunasi pembayarannya. 



Hal paling menyenangkan saat survei adalah saya bisa melihat langsung puluhan domba dan bisa menyentuh bulu mereka, mengusap kepala dan mengelus tanduk di kepala domba-domba itu. Maklum, saya kan dibesarkan di desa dan keluarga saya pernah memelihara kambing di belakang rumah. Jadi saya seperti nostalgia dengan kenangan masa kecil saya yang akrab dengan hewan ternak: kambing, ayam, bebek, kelinci, dan lain-lain. Hal menyenangkan kedua adalah saya dan suami bisa berbincang-bincang dengan karyawan di setiap kandang domba dan melihat binar di mata ketika mereka sedang menjelaskan domba-domba yang mereka jual. Rada absurd ya kebahagiaannya, tapi percayalah memang seperti itu yang saya rasakan.


Sekarang saya tinggal nunggu hewan kurban kami diantar ke rumah kami di H-2 sebelum Idul Adha. Saat penyembelihan saya kurang tahu akan menyaksikan langsung atau tidak karena dalam syariat ibadah kurban akan tetap sah dengan atau tanpa melihat proses penyembelihan, lagian saya juga belum tahu bakalan ada di rumah atau tidak setelah shalat ied :D.


Baca:
Hukum melihat proses penyembelihan hewan kurban

bahagia setelah pelunasan kurban
Jadi, Antara Kurban Online vs Kurban Konvensional, Saya pilih mana?
Yang perlu ditekankan adalah kurban online dan konvensional sama-sama sah dalam Islam. Pertimbangan untuk memilih antara dua metode itu menurut saya ada pada dua aspek saja: aspek kemudahan dan kenyamanan serta aspek manfaat.

Jujur, saya lebih memilih kurban online karena mudah dan nyaman serta manfaatnya lebih luas dan lebih lama.
Namun karena ada manfaat silaturahim dengan tetangga di kurban konvensional, saya dan suami sepakat agar ibadah kurban kami akan bergantian menggunakan metode online dan konvensional. Tahun ini kami kurban sendiri di rumah, tahun depan insyaAllah kami akan kembali berqurban via Rumah Zakat. Begitu seterusnya… 

Bagaimana dengan teman-teman semua?
Apakah sudah memutuskan untuk berkurban di mana dan pakai metode apa?
Share di kotak komentar di bawah ya, Gengs… 


Regards,
Susie Ncuss
susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

25 komentar

  1. bahkan ada kurban online yaa. memang sih lebih simpel dan gak repot. tapi kalo aku lebih milih kurban biasa, konvensional aja. lebih puas krn liat wujud nya si kambing/sapi yg dikurbankan, liat proses nya dan pembagiannya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah udah bisa kurban ya mbak.
      kurban konvensional atau online, yang penting kita udah kurban.
      tapi saran saya, cobain kurban online deh sekali-kali biar tau gimana bedanya, hihihi

      Hapus
  2. Saya sudah coba dua-duanya dan sama-sama bagus~ cuma mengikuti kondisi saja biasanya saya online kalau lagi di kota dan nggak sempat mudik ke rumah orang tua atau simbah, tapi akan pakai konvensional kalau pas ied adha mudik ke simbah. Soalnya kalau lagi mudik gitu bisa lihat kurbannya langsung makanya pilih yang konvensional hehe tapi kalau lagi sibuk yasudah pilih online saja. Yang terpenting sama-sama kurban dan ikhlas :D

    BalasHapus
  3. aku biasanya qurban kombinasi mba *halahh*
    Jadi aku tetep datang ke kantor yayasan Nurul Hayat, tapi ntar kambingnya disalurkan di desa terpencil yg jauuuhh dari surabaya
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  4. iya betul aku juga bergantian nih, tahun ini lewat kurban online, eh tapi gak murni online sih karena aku mendatangin boothnya jadi terjadi akad di sana. Insya Allah niat berkurban mau online atau konvensional sama aja ya

    BalasHapus
  5. Aku belum pernah kurban online sih karena meski pindah2 & LDR tapi ada saja panitia mesjid yg menawarkan mencarikan kurban. Tapi utk buibuk lain yg kurang beruntung pindah2 & di lingkungan yg kurang mendukung, sementara suami LDR, kurban online sangat membantu. Banyak teman saya buibuk dalam kondisi seperti itu.

    BalasHapus
  6. Makin banyak pilihan ya, isa pilih online,atau konvensional. Aku masih dengan cara yang konvensional Harapanku sih, apapun jenisnya, semoga distribusinya efektif

    BalasHapus
  7. Kurban online dan konvensional ada plus minus sih Mba menurut aku. Kalo utk online mesti tau mana situs yang bener-bener aman dan terpercaya. KalO Superqurban aku percaya nih, udah pernah soalnya :D

    BalasHapus
  8. Iya mba, gantian gitu ya biar sama2 merasakan juga. Semoga tahun depan kita masih ketemu dengan idul adha dan bisa berkurban lagi.

    BalasHapus
  9. Sama bagusnya ya mbak kurban online dan kurban konvensional karena yang penting kita sudah punya niat untuk berkurban, kalau begitu enaknya diselang-seling atau bergantian ya tahun ini kurban online tahun depan kurban konvensional :)

    BalasHapus
  10. Eh sama, bahkan dari tahun-tahun lalu, suami dan saya udah berdebat tentang pilihan qurban konvensional atau online. Tapi saya selalu menuturkan tentang manfaat lebih kalo qurban online, karena bisa menjangkau lebih banyak orang

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah ya mbak sekarang mudah banget untuk berkurban. Bisa konvensional bisa pula via online. Keduanya sah. Dan saya pilih yang konvensional, bisa menjadi silaturahmi dengan tetangga terdekat.. itu juga alasan saya.

    BalasHapus
  12. Selama ini masih pake yang metode konvensional nih. SEbenarnya bagus juga ya pake yang online agar pemerataan penyampaian daging kurban merata di tanah air.

    BalasHapus
  13. Aku masih setia sama qurban offline mba, tapi boleh juga rekomendasi kurban online nya yang terpercaya tahun depan mau coba

    BalasHapus
  14. Sekarang sih alhamdulillah dimudahkan untuk berkurban ya mba. Nggak menghabiskan waktu dan kini tak ada alasan lagi untuk tak berkurban ya :)

    BalasHapus
  15. jujur deh mba, aku baru tahu lho ada superqurban hehe. aku sih mikirnya memang kurban online itu lebih tepat sasaran ya. yang dijangkau biasanya sampai ke pedalaman.

    BalasHapus
  16. Aku milih datangi boothnya agar terjadi akad secara langsung. Lebih terasa afdhol aja sih buat kami. Tapi selanjutnya menyerahkan ke mereka aja.

    BalasHapus
  17. Di rumahku udah ada 2 orang kepala keluarganya, suami dan anak sulung. Jadi ganti gantian aja kami. Online dan konvensional dilakukan

    BalasHapus
  18. Dulu waktu saya tinggal di Malaysia saya menerapkan qurban online. Tapi tahun ini, suami saya qurban di dekat rumah. Agar manfaatnya lebih terasa ke tetangga sekitar rumah.

    BalasHapus
  19. Kurban online memang bagus karena menjangkau daerah terpencil dan pemanfaat daging kurban dalam bentuk Kornet akan membawa keuntungan bisa dimakan jangka panjang/lain waktu

    BalasHapus
  20. Kebetulan aku bagian yang terima daging aja 😂
    tapi ngeliat tetangga kebanyakan masih berkurban secara konvensional dengan alasan bahwa hal itu akan mendekatkan tetangga hihi

    BalasHapus
  21. kurban secara online sangat membantu orang-orang yang gak memungkinkan untuk melakukan kurban secara langsung yaa, Mba :)

    BalasHapus
  22. Sekarang berkurban pun bisa lewat online yaa, Mba, sungguh praktis dan gak ribet :)

    BalasHapus
  23. Saya belum pernah Qurban Online, alhamdulillah setiap tahun bisa ikut berkurban walaupun patungan qurbannya dan dananya dikelola oleh panitia qurban di masjid dekat rumah

    BalasHapus
  24. yup keuntungungan qurban online banyak banget
    trus privacy kita juga terjaga
    jadi gak gampang terhasut riya

    BalasHapus

Posting Komentar