Sehari Jadi Relawan Di Gempa Cianjur

13 komentar

Kurang dari 3 pekan yang lalu gempa mengguncang Cianjur. Saat gempa terjadi di hari Senin, saya masih ingat bahwa saya masih ada di lantai 2 kantor dan asik mengerjakan tugas di depan laptop. Saya dan teman-teman kemudian keluar kantor secara teratur melalui tangga kantor ke depan alias tempat parkir. 

Beberapa teman di kantor agak lambat memproses bahwa ada gempa karena mengira sedang pusing saja karena dalam kondisi berpuasa.

Tak berapa lama gempa segera menjadi trending topic di twitter dan kami mengetahui bahwa Cianjur mengalami kerusakan terparah karena pusat gempa ada di sana. Saya bahkan mendengar kabar bahwa ada sekitar 100 orang yang meninggal karena pondok pesantren untuk menghafal al qur’an runtuh seluruhnya. It was heartbreaking, totally torn my heart into thousands pieces.


Menjadi Relawan Bencana

Menjadi volunteer bukan sesuatu yang baru buat saya karena saya sudah beberapa kali melakukannya yaitu ketika terjadi gempa dan tsunami di Palu dan gempa di Aceh. karena itu ketika ada peluang menjadi relawan di Cianjur, saya segera mendaftar.

Suami saya pun menyetujuinya karena dia juga tidak asing dengan dunia relawan. Suami saya bahkan pernah menjadi relawan dan menginap berhari-hari saat erupsi merapi di tahun 2010 lalu (well, waktu itu saya nggak begitu kenal sama dia deh klo gak salah, hehe).

relawan gempa cianjur

Bahkan suami saya ternyata punya agenda yang sama dengan saya yaitu ke Cianjur tapi dengan kelompok yang berbeda. Begitulah, saya dan suami sama-sama ke Cianjur menjadi relawan tapi dengan seragam yang berbeda.


Hari Keberangkatan

Saya bergabung dengan Yayasan Cita Sehat yang akan memberikan pelayanan kesehatan di salah satu posko pengungsian di pusat gempa Cianjur. Waktu itu rombongan janjian di kantor Cita Sehat pukul 05.30 WIB.

Nah, posisi rumah saya itu cukup jauh dari kantor dan di saat yang bersamaan suami saya akan ke Cianjur hanya dengan 1 orang temannya dalam 1 mobil (jadi mobil inno*va yang dipake suami saya ke Cianjur isinya cuman 2 orang aja) dan bakalan berangkat jam 5 lewat dari Jalan Soekarno Hatta.

Kalau saya bareng sama rombongan saya, maka saya bakalan ditinggal sekitar jam 5 pagi di komplek kantor yayasan yang masih sepi. Suami saya kan rada khawatir tuh, makanya saya diminta buat ikut sama rombongan dia aja. Nanti saya tinggal ketemuan aja di posko di Cianjur.

Saya waktu itu mikir juga: “Oiya ya.. Mending bareng suami aja. Itung-itung ngurangin jumlah kursi yang keisi di mobil rombongan saya itu”

Akhirnya di hari Senin pagi saya dan suami melaju ke Cianjur melalui Padalarang-Cipatat yang ternyata sudah sangat padat. 

Kami mampir di Bubur Ayam Samolo 07 di Cianjur untuk sarapan pagi. Saya pribadi punya firasat kalau siang nanti bakalan skip makan siang seperti ketika saya jadi relawan di Palu :D. 


Dari Kota Cianjur Menuju Posko Pengungsian Di Desa Cirumput

Saya sudah sampai di Cianjur sekitar pukul 08.20 WIB tapi saya harus nunggu rombongan Cita Sehat dulu yang terjebak kemacetan di Cipatat menuju Cianjur. Sekitar pukul 10.10 WIB kami akhirnya bisa berangkat juga menuju posko di kampung Kp Barulega Desa Cirumput RT 05 RW 01 Cugenang, Cianjur.

Rombongan kami terdiri dari 4 mobil: 

  • 1 ambulans berisi 1 driver, 1 co-driver beserta obat-obatan dan barang bantuan
  • 1 mobil penumpang berisi 2 apoteker, saya dan 5 orang lain.
  • 1 mobil berisi dokter dan asistennya yang sudah berangkat terlebih dahulu
  • 1 mobil yang juga berisi dokter yang merupakan mitra kolaborasi dalam aksi kemanusiaan ini

Perjalanan kami ke sana kurang lebih memakan waktu sekitar 40 menit karena cukup banyak titik kemacetan/padat kendaraan karena banyak lembaga/yayasan lain yang juga turut membantu para penyintas gempa.

Di perjalanan menuju Kampung Barulega, Desa Cirumput kami melewati begitu banyak rumah dan bangunan yang hancur di kanan kiri jalan. Tenda-tenda pengungsian berbentuk segitiga dari terpal berwarna biru tersebar secara acak memanfaatkan lahan kosong dan aman dari reruntuhan dan puing bangunan.

puing bangunan gempa

Tidak sedikit pula rumah-rumah besar berlantai 2 nampak masih berdiri tapi retak parah di tembok dan kolom bangunan yang membuat rumah itu tidak aman lagi untuk dihuni. Apalagi hingga saat itu Cianjur masih mengalami banyak sekali gempa susulan setiap hari. 

Bangunan yang tidak runtuh tapi miring dan membahayakan lokasi sekitarnya pun tidak hanya satu atau dua unit saja. It was a lot and i lost my count

Kami sampai di Kampung Barulega sekitar pukul 11 siang dan setelah berkoordinasi dengan salah satu warga kami segera menyiapkan salah satu tenda yang berfungsi sebagai musholla menjadi “klinik” sementara.


Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Di pos pelayanan kesehatan yang kami siapkan itu ada tempat pendaftaran, pemeriksaan tekanan darah dan berat badan, pemeriksaan dokter umum dan bidan, serta pos untuk pemberian obat-obatan serta makanan tambahan yang bergizi untuk masyarakat kategori risti atau risiko tinggi seperti ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, penyandang disabilitas dan lansia. Saat itu saya membantu di bagian pos pemeriksaan berat badan, hehe.

Warga Kampung Barulega dari banyak kalangan berbondong-bondong datang ke pos pelayanan yang kami dirikan. Dari nenek-nenek yang menggendong cucunya, kakek yang sulit berjalan, lansia yang sudah tremor tubuhnya, ibu hamil, hingga anak-anak dengan berbagai macam penyakit.

Pos pelayanan kesehatan kami dirikan sampai pukul 15.30 WIB dan alhamdulillah bisa melayani cukup banyak orang. Saya pribadi yang berperan sangat kecil pun merasa sedikit berguna untuk para penyintas gempa Cianjur ini.

posko pengungsian desa cirumput cianjur


Di sela-sela aktivitas tadi, saya mengajak berbincang-bincang beberapa warga saat masih antri untuk diperiksa dokter. Dari cerita yang saya dapat, kampung ini pernah mendapatkan pemeriksaan kesehatan dari PM*I yang datang dari Jakarta sekitar beberapa hari setelah gempa terjadi. 

Akan tetapi layanan tersebut sangat terbatas karena stok dan jenis obat yang dibawa tidak banyak. Ada banyak warga dengan penyakit tertentu tidak bisa mendapatkan obat dan petugas hanya memberikan beberapa vitamin saja. 

Karena itu mereka sangat bersyukur ketika kami membawa perlengkapan dan obat-obatan yang lengkap dan melimpah. Bahkan kami juga membawa bidan yang dapat memeriksa ibu hamil secara lebih detil.

Beberapa relawan juga bergabung dengan komunitas untuk bermain sambil belajar dengan anak-anak di pengungsian. 


Kondisi Warga Kampung Barulega 

Saya mau cerita sekalian di sini biar saya tetap ingat dengan kisah mereka dalam menyikapi gempa ini.

RT 05 ini terdiri sekitar 90an keluarga dan tidak ada rumah yang tidak terdampak gempa. Ada banyak rumah yang runtuh, tapi tidak sedikit pula yang meski tidak sampai rubuh tetap terasa mengerikan untuk dihuni. Rumah yang terletak persis di sebelah lokasi pemeriksaan kesehatan kami pun memiliki retak yang panjang dan dalam yang terlihat dengan jelas. 

Gempa susulan yang datang silih berganti terutama saat malam membuat seluruh warga merasakan takut untuk tidur di rumah. Sehingga seluruh warga tidur secara komunal di tenda pengungsian yang dibuat seadanya: menggunakan terpal berwarna biru yang terasa panas-pengap saat siang, dingin saat malam dan terkena tampias air saat hujan.

Satu-satunya musholla di RT 05 ini pun hancur salah satu dindingnya dan retak di semua sisi sehingga praktis kegiatan ibadah dan keagamaan pun dilakukan di tenda.

Salah satu ibu yang cukup aktif bercerita menyampaikan kalau beliau berlari ke dalam rumah saat gempa terjadi untuk menyelamatkan anak, menantu dan juga cucunya. Menurut beliau, cucunya sudah tertimbun bangunan dan kalau terlambat 10 menit saja cucunya bisa gone. Pasca gempa itu, ibu ini jadi punya tekanan darah tinggi sampai ke 180/110 padahal biasanya normal-normal (110/80) aja. 


Lesson Learned

Setiap kali saya menjadi relawan di lokasi bencana, satu hal yang pasti menjadi bahan renungan saya adalah betapa rentannya kehidupan kita sebagai manusia. Tidak peduli seberapa besar dan kokoh rumah yang kita bangun di dunia, jika Tuhan berkehendak maka seluruh harta benda kita seperti istana pasir yang runtuh diterpa ombak.

Yang membuat kita kuat saat dalam kondisi bencana adalah rasa sabar, syukur, dan tawakal.

susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

13 komentar

  1. Duh sediih pisan ini baca ceritanya Teeeeh.
    Semoga kita semua selalu dilindungi yaaah, karena gak pernah tahu kapan musibah datang. Semoga bantuan bisa segera tiba dan dialokasikan sebagaimana mestinya yaaah. terima kasih juga buat Teteh dan teman2 relawan yang lain yaaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mewakili segenap relawan mengucapkan "sama-sama", teh. hehe

      Hapus
  2. sejak tanggal 21 Nov itu, di Bandung terus-terusan terasa gempa ya mba, aku sejak kejadian gempa di Cianjur itu jadi banyak refleksi diri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, mbak.
      Bahkan kemarin juga sempat gempa cukup kencang pagi-pagi ya... padahal baru banget nyampe kantor tuh.. semoga kita selalu dilindungi Tuhan. aamiin.

      Hapus
  3. Pengalaman guru berharga ketika jadi relawan.tetap semangat membantu orang dan jangan lupa makan biar kondisi badan fit

    BalasHapus
  4. sampai sekarang berita gempa terus datang yaa mba.. stay safe buat kita semua. semoga berkah juga mba kegiatan jadi relawan di cianjur ya

    BalasHapus
  5. MasyaAllah, melihat langsung keadaan pasca gempa Cianjur pastinya jadi punya pengalaman yang sangat berharga dan pelajaran yang tak terlupakan ya :(
    bisa memberikan bantuan tenaga dan juga finansial sebagai relawan pasti menjadi suatu ketenangan sendiri ya, at least udah bisa terjun langsung untuk berbuat sesuatu bagi mereka.
    semoga para penyintas gempa ini terus diberikan perlindungan oleh Allah Swt begitupula para relawan, Aamiin.

    BalasHapus
  6. Iya ya gempa dan bencana lainnya jadi mengingatkan kita bahwa kita sdh di penghujung waktu bumi ini. Jadi diingatkan untuk meluruskan tujuan hidup dan terus memperbaiki diri.

    BalasHapus
  7. Semangat untuk teman-teman relawan. Beberapa hari kemarin masih terasa gempa ya mbak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya

    BalasHapus
  8. Sekali lagi turut berduka cita atas bencana gempa dan juga para korban jiwa. Memang tidak mudah menghadapi masa sulit seperti ini ya mba.. dan dengan bantuan para relawan jadi cukup membantu ya

    BalasHapus
  9. Jd relawan emang gak hanya membantu yg sedang kesusahan tapi juga bisa membantu menyembuhkan diri kita sendiri. Kalau gak ya minimal kasi kepuasaan batin krn bisa bantuin org lain ya mbak.
    Sekarang mh banyak yg mengungsi ya mabk? Penasaran nanti rumah2nya akan dibangun pemerintah atau gmn ya?

    BalasHapus
  10. MashaAllah~
    Teteh.. aku doakan sehat selalu ya.. aku nangis bacanya. Semoga Allah limpahkan kemudahan dan pertolonganNya di antara bencana yang terjadi.

    BalasHapus
  11. Sedih banget bacanya, bahkan sampai hari ini gempa masih sering terjadi di sana kan ya. Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya ya, Kak, dan Indonesia dihindarkan dari berbagai bencana alam lainnya.

    BalasHapus

Posting Komentar