3 Hari Jadi Relawan Di Palu-Donggala #3

20 komentar
Episode: Kabupaten Sigi



Hari kedua dan ketiga saya kembali menyusuri jalan aspal yang retak dan tidak rata. Dua hari itu saya gunakan untuk ikut penyaluran di Kabupaten Sigi. Lagi-lagi ada pengalaman baru yang saya dapatkan, khususnya di hari ketiga, yaitu menjadi bagian dari Dapur Umum untuk para penyintas Bencana Gempa. 


Gunung dan Sawah di Sigi. Indah ya ^^
Lokasi yang kami gunakan untuk membangun dapur umum adalah di rumah adat, tepatnya di Jalan poros Palu, Kulawi Desa Kotarindau Kec. Dolo Selatan Kabupaten Sigi. Rumah adat ini dalam waktu singkat dipenuhi dengan ribuan bantuan yang ditumpuk di ruangan depan dan memenuhi rumah sampai ke ruang tengah menuju dapur. Tumpukan barang dalam berbagai macam kardus itu lebih tinggi dari kepala saya dan di bagian sudut hampir mencapai langit-langit rumah. Ruangan yang tersisa hanya sekitar setengah-2 meter untuk akses jalan keluar masuk dan salah satu pojok ruangan saya gunakan untuk sholat. MasyaAllah, meskipun sudah beberapa kali melihat gudang bantuan saya tetap saja takjub melihat jumlah bantuan yang terus saja mengalir.


Saya bersama Bapak Richard Tampi (Head of Division External Relation PT Adaro) dan Bapak Heri Nurzaman didampingi relawan

Dapur umum terletak di bagian belakang, area yang tadinya luas ternyata jadi terasa sempit saat sekitar 10 orang ibu dari sekitar lokasi dapur umum untuk membantu memasak. Saya, setelah membantu memastikan bagian luar dapur umum (yang juga adalah bagian luar dari rumah adat) bersih dan layak untuk dikunjungi donatur, ikut bergabung bersama ibu-ibu untuk membantu. 

Di dapur ini saya membantu mengupas kulit telur rebus yang nantinya akan diolah menjadi telur balado. Puluhan kilogram telur dikupas oleh 3 pasang tangan orang dewasa dan bantuan 1 pasang tangan mungil dari anak usia 9 tahun yang selalu tersenyum tipis. Setelah itu kami membantu membuka puluhan kaleng rendang instan menggunakan pisau. Pekerjaan yang saya lakukan saat itu sangat sederhana, bahkan bisa jadi tidak berdampak banyak, tapi saya merasa sangat bahagia dan seketika seluruh sel dalam tubuh saya beraura positif. Tidak ada kekhawatiran yang tersisa, tidak ada pikiran mengenai saldo tabungan, tidak ada pikiran soal cicilan rumah yang masih 6 tahun, bahkan soal nanti akan pulang ke basecamp jam berapa pun tidak terlintas sedikitpun :D.


asisten pengupas telur



Jika saya gambarkan, dapur umum itu adalah sebuah organisasi kecil dari orang-orang hebat dengan kerja luar biasa. Tak hanya panas dari tungku dan kompor yang harus dihadapi tapi juga panasnya Kabupaten Sigi yang terasa membakar diam-diam tapi keringat membanjiri dada dan punggung. Saya kira hanya saya saja yang kepanasan sampai saya ber-istighfar berkali-kali, tapi ternyata ibu-ibu asli Kotarindau ini pun merasakan hal yang sama: kepanasan luar biasa. Tapi semua itu tidak menghalangi kontribusi mereka untuk (bisa dikatakan) negeri ini: memberikan makanan untuk para penyintas gempa bumi. 



Saya dan beberapa relawan akhirnya berinisiatif untuk membuat es buah untuk menyegarkan tubuh semua relawan dan juga ibu-ibu hebat itu. Kebetulan saat itu ketika kami sedang memotong-motong buah untuk donatur, ada beberapa melon yang belum matang sempurna, semangka yang kurang bagus jika disajikan untuk donatur, dan pepaya yang manis yang belum tersentuh. Kami memutuskan untuk mengolah semuanya menjadi es buah. Sontak semua orang yang tau apa yang sedang kami kerjakan merasa sangat senang dan excited. Kami juga jadi semakin semangat XD




Setelah sekitar 20-25 menit memotong buah, menggeprek es batu, mencampurkan susu dan sirup akhirnya Es buah tersaji dalam toples plastik berukuran besar. Tidak menunggu lama, semua es buah habis tak bersisa kami bagi-bagikan untuk semua orang di dapur umum. Ibu-ibu yang sedang membungkus makanan, ibu-ibu yang berjibaku dengan kompor, hingga relawan yang akan menyalurkan nasi, lauk pauk dan buah ke para penyintas bencana mendapatkan bagian. Di siang yang terik itu dapur umum terasa sejuk karena senyum dan tawa para relawan di sana.


Tim Packing Nasi Bungkus
Aktivitas dapur umum masih berlangsung sampai sore hari. Tapi saya harus pulang ke basecamp karena saya masih punya tugas lain yaitu merapikan data penyaluran sebelum pulang ke Bandung esok hari. Pertemuan saya dengan ibu-ibu di dapur umum hanya beberapa jam, tapi interaksi kami membekas sampai sekarang :').

Terima kasih, Sigi.


Saya di depan Rumah Adat, di sebelah kanan terlihat tumpukan bantuan :D

susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

20 komentar

  1. Keren... selalu salut sama yang mau merelakan waktu, tenaga, dan kemampuan lain untuk sesama.. barakallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, teh. saya yang cuman 3 hari di sana juga udah ngerasain banget gimana kerennya para relawan.

      aamiin, barakallah buat semua relawan di daerah Bencana.

      Hapus
  2. Masya Allah . . .pengalaman yang sangat berharga..

    BalasHapus
  3. Itu gunungnya indah subhanallah, makasih sharingnya teteh solehat

    BalasHapus
  4. Keren banget pengalamannya bisa jd relawan bencana dan turut menghibur mereka agar kembali bangkit insyaallah pengorbanan tth berbuah manis ya teh. Aamiin

    BalasHapus
  5. Duh hebat pisan. .
    Kebayang saya yang ga tahan panas kalo harus berjibaku di sana
    Tapi luruh oleh tekad membantu ya?

    BalasHapus
  6. Pengalaman yg ga akan terlupakan ta ncuus..

    BalasHapus
  7. Gunung sama sawahnya masyaallah indah banget. Dan Teteh juga keren ih, makasih udah sharing pengalamannya jadi relawan :)

    BalasHapus
  8. Subhanallah Teteh. Semoga Sigi segera pulih kembali

    BalasHapus
  9. teteh masyaAlloh keren bangets pengalamannya berharga beneran bisa ilangin semua cicilan n saldo tabungan ya teh hehehe

    BalasHapus
  10. Wow luar biasa. Senang masih ada kerja sama/ gotong royong dlm suatu musibah. Salam bangga utk semuanya, relawan dan juga teh ncuss. Love yu all 😅

    BalasHapus
  11. Kagum deh sama semangatnya para relawan, kebayang sih gimana gerahnya masak di dapur umum. Keren sekali Teteeeh!

    BalasHapus
  12. Wah keren ih...suka pengen ikut acara2 bantu korban kyk gini juga...biar ngelembutin hati..

    BalasHapus
  13. Pengen banget suatu hari nanti jadi relawan. Mungkin jika anak 3 sudah mulai mandiri dan bisa ditinggal

    BalasHapus
  14. Kegiatan sederhana, tp jd pengalaman yg berkesan bgt ya

    BalasHapus
  15. Waah keren teh bisa menyempatkan waktunya untuk jadi relawan. Dan pasti rasanya bahagia sekali ya bisa membantu membahagiakan mereka di sana.

    BalasHapus
  16. Pengalamannya keren , ini akan sangat inspiratif kelak diceritakan sama anak cucu

    BalasHapus
  17. Baca tiga postingan Teteh makin kagum sama Teteh dan para penyintas juga relawan. Kuat dan tabah terus semuanya
    *peluuuk

    BalasHapus
  18. sungguh pengalaman berharga bisa membantu orang-orang di sana..

    BalasHapus

Posting Komentar