Berkemah Lagi Di Ranca Upas, Ciwidey

24 komentar

Tahun 2018 sebentar lagi akan berakhir. Ingat kan kalau hari ini adalah tanggal 5 Desember? Kita hanya memiliki sisa 26 hari untuk mencapai resolusi tahun ini. Eh, mohon maaf kalau beberapa dari kalian merasa tertohok atau tiba-tiba siuman dari tidur panjang karena kalimat tadi :p.

Anyway, tahun ini saya dan suami benar-benar absen dari liburan ke luar negeri atau main ke tempat yang jauh dari Kota Bandung. Sepanjang tahun kami pura-pura tidak melihat semua tiket pesawat promo untuk menyebrang gerbang imigrasi atau tiket kereta untuk ke provinsi lain di Indonesia karena kami punya tujuan yang sangat jelas tahun ini: melunasi utang dan kembali menabung biar jadi kaya raya, hehe *brb nyari bibit pohon uang*. Kondisi sepi liburan seperti ini kadang bikin saya merindukan masa-masa di mana saya dan suami (dan banyak teman lain) berkemah di Ranu Kumbolo beberapa tahun lalu. Camping atau berkemah memiliki sensasi tersendiri di hati dibandingkan berwisata selfie di kota-kota besar.

Pucuk dicinta, Ulam pun tiba...
Hari Sabtu beberapa minggu yang lalu suami saya tiba-tiba bilang "Besok kemping yuk" di siang bolong saat saya lagi leyeh-leyeh nungguin jemuran kering. Saya waktu itu langsung semangat dong... Saat itu juga saya mengiyakan ketika suami saya bilang "tapi harus cuti pas hari senin".

Minta ijin udah beres (gercep maksimal) dan kami langsung melemparkan semua perlengkapan berkemah kami ke dalam bagasi mobil. Tenda, matras, sleeping bag dan 2 selimut kami bawa semua. Tak lupa dengan peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi dan kawan-kawannya. Kami tidak membawa peralatan masak karena kami berkemah di Ranca Upas, Ciwidey, yang memiliki fasilitas lengkap: toilet, musholla bersih, dan belasan warung makanan.

Kami berangkat menuju Ranca Upas lewat tol Soroja (Soreng-Pasir Koja) dan sampai di sana kira-kira 1,5 jam. Ranca Upas berada di sebelah kanan sebelum Pemandian Air Panas Ciwalini. Jalan menuju pintu dan loket untuk membayar tiket membuat mobil kami bergoyang-goyang karena tidak mulus. Setelah membayar tiket, kami langsung mencari lapak untuk menggelar tenda dan perlengkapan lainnya.

Harga tiket masuk ke Ranca Upas, baik hanya untuk main maupun untuk berkemah bisa dilihat di foto ini
harga tiket masuk KBM Eco Tourism Ranca Upas untuk 2 orang
Hari minggu itu Ranca Upas sedang menjadi lokasi berkumpul sebuah komunitas mobil dan (mungkin semacam) field trip anak sekolah. Tak pelak seluruh kawasan siang hari itu nampak ramai dan berisik dari pintu masuk hingga ke bagian bawah kawan wisata, yaitu di dekat rentetan warung makan. Saat itu kami tenang-tenang saja karena kami tau riuh rendah suasana di Ranca Upas akan hilang karena sore hari sebagian besar pengunjung akan meninggalkan lokasi berkemah.


Kami akhirnya memilih lokasi di bagian bawah, beberapa ratus meter setelah penangkaran rusa dan tidak jauh dari tempat latihan memanah. Lokasi ini seperti lapangan terbuka yang sangat luas dan memiliki fasilitas toilet di dua bangunan yang berbeda. Lokasi ini juga tidak banyak yang menggunakannya, bahkan di siang hari hanya kami dan teman kami dari Tangerang saja yang menggelar tenda di sana. Di sore dan malam hari ada sekitar 7 tenda lain yang menyusul kami dan didirikan di tempat yang berjauhan dari tenda kami.

Suasana sholat di alam terbuka dengan alas seadanya
Kami siang itu hanya ngobrol, sholat, makan dan ngobrol lagi. Saya sempat tertidur 1-2 jam karena badan tiba-tiba terasa sangat pegal dan lelah tak tertahankan. Menjelang maghrib kami mulai menyalakan api unggun karena udara sudah sangat dingin dan kami juga ingin membakar jagung dan ubi :D. Kami lagi-lagi ngobrol, makan dan menikmati dinginnya Bandung hingga kira-kira pukul 8.30-9 malam (saya nggak ingat karena waktu itu kayaknya saya nggak liat handphone deh). Kemudian kami tidur hingga menjelang sholat subuh.

ritual bakar jagung
Pagi hari kami kembali menghangatkan diri di api unggun setelah sholat subuh karena suhu mencapai belasan derajat, mungkin 15-16 celcius. Sekitar pukul 5.30 pagi, di sekitar kami mulai banyak rombongan yang datang berduyun-duyun ke ujung lapangan tempat kami berkemah. Satu-dua orang dari masing-masing rombongan pasti membawa kamera DSLR dan sepasang manusia lain menggunakan baju serasi dan indah.

Kami saat itu langsung menggumam: "Ooo... lagi pada foto prewed kali ya..."

Sebagian rombongan yang mau foto-foto
Maklum, Ranca Upas ini adalah salah satu lokasi favorit orang2 yang ingin foto prewedding atau sejenisnya. Saya dan suami sendiri menggunakan lokasi ini utk memotret postwedding karena kami tidak mau menerima foto prewedding. Serem sama dosa, bos.. hehe. Kami akhirnya tertarik untuk ikut ke sana buat jalan-jalan pagi dan juga untuk melihat keriuhan pagi yang berkabut. Kami saat itu sekalian berfoto bergantian. Lumayan kan ya, buat kenang-kenangan :p

Salah satu foto kami di sana. iya, gamis saya basah sampai ke kaos kaki dan sepatu :p
Jalan-jalan pagi di sini memang indah dan menyegarkan, tapi saran saya buat para muslimah: pakailah sepatu yang tahan air karena seluruh rumput berembun sangat tebal. Kalau tidak punya dan terpaksa menggunakan sandal/sepatu biasa seperti saya, pasti kaos kaki akan basah seluruhnya dan membuat kita akan merasa semakin kedinginan :D.

Ini berfoto di dekat lokasi tenda. iya, basah semuaaa... (difoto sama instagram husband)
Setelah puas berfoto sana-sini, kami melanjutkan sesi bermain ke penangkaran rusa. Di sini juga lagi rame yang foto prewedding bersama para rusa dengan umpan sayuran dan wortel. Kami juga tak mau kalah buat foto-foto juga di lapangan penangkaran rusa itu :)).

difoto sama om hilal
Ada perubahan yang cukup signifikan yang saya perhatikan di penangkaran rusa ini. Beberapa tahun lalu kita hanya diperbolehkan untuk berfoto bersama rusa di panggung tempat para pengunjung memberi makanan ke rusa-rusa. Buat yang ingin berfoto bersama rusa, harus izin ke pawang (dan sepertinya bayar). Sekarang sepertinya semua orang bisa bebas turun ke dalam kandang untuk berfoto dengan rusa-rusa dan nggak perlu bayar, kecuali buat yang mau prewedding. Kalau nggak salah bayar di loket sekitar Rp 500.000,- :D


coba tebak ini foto di sebelah mana? :p
Di antara rasa senang karena bisa menyentuh tanduk dan bulu rusa, terselip beberapa pertanyaan. Apakah serombongan orang yang menyerbu penangkaran rusa itu akan membuat rusa-rusa itu stres dan mungkin mempengaruhi kesehatan mereka? Apakah sentuhan manusia ke tubuh rusa akan berefek buruk ke mereka? Saya nggak tau sih... heuheu

Sekitar 40 menit bermain dengan rusa dan kamera, kami melanjutkan keseruan pagi itu dengan makan cuanki panas dan pedas. Wah, semua yang kami lakukan di sana terasa lengkap dengan menyantap semangkuk cuanki di pinggir jalan. Sempurna, Perfecto! :))

kenikmatan hakiki bernama cuanki
Tak lama kemudian kami membereskan semua peralatan dan berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Segala puji bagi Allah yang memberikan kami kesempatan buat refreshing sejenak dan tak jauh dari rumah.


Informasi harga di Ranca Upas yang masih saya ingat:

  • Bakso cuanki: 13rb/mangkuk
  • Jagung: 10rb/kg
  • Kayu: 5rb/kg
  • Nasi Goreng: 15rb/porsi (kalau nggak salah inget)
  • Harga pakan rusa: 5rb/ikat
susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

24 komentar

  1. Manstab teh barakallah 😇

    BalasHapus
  2. Aduh pengen banget ke Ranca Upas, nanti pengen bawa anak-anak ke sana ah

    BalasHapus
  3. Teteh hha jadi ganti domain? Btw saya jyga belum pernah kemping di alam seumur hidup lho hahha pengen ke Ranukumbolo tapi mending cek disini dulu kali ya, duh itu poto postwedding lucuk bangets, kupengen juga. Btw bukannya di Ciwidey gada gn tangkuban ya? Gn patuha kali

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, teh. setelah bertapa, jadi juga beli domain yang baru. haha >,<

      wah, asik lho kemping, apalagi bareng sama suami dan anak.

      iyaaa, teh. aku salah nulis. harusnya sebelum pemandian air panas ciwalini. Ya Allah... =))

      Hapus
  4. Terakhir berkemah gini SMP. Itupun kegiatan pramuka hahaha. Kalau jalan-jalan gini seru banget, apalagi bareng keluarga :)

    Trus aku salfok dengan cuanki hehe

    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ampun, itu udah lama banget berarti ya...
      jadiin resolusi 2019, om.. :))


      cuanki for lyfe :p

      Hapus
  5. Foto berdua suami yang ada rusanya itu cakep banget Teh.

    BalasHapus
  6. Teh pinjem peralatan kempingnya dooong. Mingdep mo kemping jg di ranca upas 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuk teh, bisa diambil di rumah atau japri aja :D

      Hapus
  7. Foto yang deket rusa itu so sweet deh. Kemah di sini kalau bawa anak-anak gimana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. enakeun kok teh,
      seru banget liat anak-anak jumpalitan di rumput :D

      Hapus
  8. Udah lama nggak kamping di Ranca Upas. Kangen deh baca ini hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus meluangkan waktu sih buat berkemah di sini, teh :D

      Hapus
  9. Wah Ranca Upas. Udah lama gak kemping di sana. Terakhir itu waktu baru nikah. Belom punya anak. Tahun 2001. Kepengen deh kemping di sana bawa anak2. Pasti seruuu...

    BalasHapus
  10. Udah lama banget rencanain kemping saka keluarga nih aku sama suami existed bgt tapi apa daya aku nya punya baby terus. Hahahaha


    Nanti nungguin anak gede eh malah punya adik, next lah ya 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...
      alhamdulillah, rejekinya banyak...
      insyaAllah tahun depan ya bisa camping di sini :D

      Hapus
  11. Asiknya yang jalan - jalan sambil pacaran lagi hihhhi. Thanks for sharing mba, cuz klo libur aku ikutan kemahan ahhh.

    BalasHapus

Posting Komentar