Review Restoran Korea Yoogane Cimahi, Bandung

7 komentar
Budaya Korea tak hanya tentang drama, lagu, musik dan joget ala idol korea, tapi juga makanan yang kini menjadi sebuah hal wajib untuk dicicipi oleh anak muda dan orang-orang berjiwa muda, termasuk saya tentunya. Di Bandung Raya, kita bisa melihat dengan mudah restoran atau cafe yang mengusung tema K-Pop. Restoran dan Cafe itu pun memiliki target pasar yang berbeda-beda, ada yang khusus untuk remaja dan anak-anak muda dan ada juga yang lebih memilih pangsa pasar karyawan dan orang dewasa. Saya dan suami sendiri baru mencoba 2 restoran korea saja sejak restoran korea membanjiri sudut-sudut jalan kota Bandung.

Minggu lalu, suami saya akhirnya pulang setelah beberapa hari ada agenda motret di Kota Bogor. Suami menjemput saya dijemput dari Stasiun Cimahi dan di perjalanan... suami saya menanyakan hal yang sudah saya perkirakan: "Mau makan apa?"

Lebih dari 6 tahun hidup bersama membuat saya mengenalnya dengan baik, tak hanya kebiasaan tapi juga apa yang akan suami saya katakan atau tanyakan di saat tertentu.
Saya juga selalu menjawab dengan pertanyaan: "Makan apa ya? Kakak mau makan apa?"
"Gak tau, terserah aja. Kamu mau makan apa?"
Gitu aja terus sampe tahun baru, haha

Setelah beberapa drama, kami bersepakat untuk mencicipi makanan korea di Yoogane. Kata suami saya Yoogane ini terkenal dan sempat ada di salah satu scene vlognya Ria SW waktu dia lagi di Seoul, Korea. Saya waktu itu cuman ngebatin: gue mana apal sama video-videonya youtuber itu -___-". Yoogane Cimahi ini terletak di sebuah ruko di Baros Cimahi, beberapa menit dari stasiun Cimahi. Kalau kami tidak iseng masuk ke dalam ruko itu, sudah pasti kami nggak akan pernah tau ada restoran korea di situ karena identitas restorannya tertutup oleh rimbunnya pepohonan di depan pagar ruko.
Ketika kami masuk ke dalam restoran, kami bisa melihat dengan jelas beberapa titik pusat aktivitas para karyawan restoran itu. Di sebelah kiri depan, tampak mbak penjaga kasir bekerja di "kubikel" kecil berukuran kira-kira 1,5x1 meter. Di bagian belakang, nampak dapur restoran yang dibatasi dengan tirai berwarna hitam. ada sebuah jendela cukup besar di samping pintu, tempat petugas dapur memberikan makanan yang sudah masak kepada waiter dan waitress. Saat itu terlihat karyawan sibuk hilir mudik membawa nampan makanan ke meja-meja pengunjung tapi tetap sigap menyapa kami yang baru datang.
 

Dari 3 baris kursi yang disediakan oleh Yoogane, kami memilih untuk duduk di sebelah kiri dan paling pojok. Kursi di sebelah kanan sudah diisi penuh oleh rombongan karyawan atau entahlah siapa, mungkin teman-teman yang terpisah kantor dan janji ketemu setelah pulang kerja. Kursi di barisan tengah tidak kami jadikan opsi karena kami tidak suka ada banyak orang yang lalu lalang di sebelah kanan kiri depan dan belakang saat kami sedang makan. Meja kami dan meja di sebelah kanan kami juga dipisahkan dengan sekat setinggi dada, sebuah tempat sempurna bagi pemuja personal space seperti saya untuk menikmati makan malam.


kursi di bagian tengah dan baris ketiga
Yang unik dari Yoogane, yang belum pernah saya temui di restoran korea yang pernah saya datangi, adalah ada kompor yang terpasang di tengah meja, di semua meja di restoran ini. Di setiap kompor juga ada beberapa batu cukup besar berwarna putih yang saya kurang paham fungsinya apa. Kompor ini terhubung dengan gas yang disimpan di bawah lantai, tertutup rapi dengan keramik. Wah... bakalan ada experience baru nih, pikir saya waktu itu. 
semoga bisa fokus di meja ya

Kami sibuk berfikir apa yang akan kami makan dengan membolak-balik halaman menu restoran yang diberikan mas waiter. Setelah melalui introspeksi menu makanan korea apa saja yang sudah pernah saya makan, maka saya memilih Seafood Jjampong yang bikin saya penasaran dan suami saya memilih Dakgalbi bokkeumbap dengan tambahan mozzarella. Foto menunya bikin saya ngiler juga sih... hehe. Minumnya kami pilih jus melon.

salah satu lembaran menu

menu minuman yang banyak selotip hitamnya. haha

Tak berapa lama pelayan restoran datang dengan pan besar yang berisi beberapa irisan kentang yang cukup tipis tapi lebar, kol putih, daun bawang super besar, bawang bombai, rice cakes a.k.a toppoki dan sepiring kecil udang dan cumi. Ada sepiring nasi juga yang nanti akan dimasukkan ke dalam pan. Pan besar itu diletakkan di atas kompor di tengah meja. tak berhenti sampai situ, Waiter melengkapinya dengan sebuah lingkaran besar dengan tinggi kira2 15 cm yang berguna untuk melindungi konsumen dari panas dan cipratan bumbu saat menu itu dimasak di atas meja.

Yess, guys... Dakgalbi itu dimasak di depan mata kita. Ini beneran pengalaman pertama saya melihat langsung makanan korea dimasak di meja makan. Jadi kita tau betul apa saja bahan makanan yang kita makan dan bagaimana cara memasaknya. Bumbunya ternyata cuma mentega, soy sauce, dan gochujang (pasta cabai korea). Sebelum masakan matang, waiter memasukkan mozarella ke dalam "adonan" makanan itu. Ealah... begitu doang ternyata, haha.


Dakgalbi itu selesai dimasak kurang lebih selama 12 menit. Ternyata, dakgalbi ini gede porsinya! Bisa banget buat 2-3 orang. Kami juga nggak sabar untuk segera menyantap. Rasa Dakgalbi ini gurih, sedikit manis, dan sedikit pedas. Menurut saya menu ini akan cocok untuk orang-orang yang tidak begitu menyukai makanan pedas. Sensasi keju mozarellanya juga terpampang nyata lho. Waktu kita menyendok dakgalbi, si kejunya akan tertarik dan serat-serat keju berwarna kuning dapat terlihat jelas di mata kita. Omo...

sebanyak ini porsinya

Dakgalbi ini karena saking banyaknya, kami sampai minta ke waiter untuk membungkus Dakgalbi yang masih tersisa cukup banyak. Kami saat itu sudah kenyang dan makan terlalu banyak juga gak baik kan untuk tubuh kita? Dakgalbi sisa malam itu kami santap kembali keesokan paginya untuk sarapan. Rasa makanannya pun tidak berbeda, masih sama enaknya.

penampakan dakgalbi keesokan harinya

Nah, kalau Jjampong ternyata isinya adalah mi, sayur-sayuran seperti wortel, kol, daun bawang, jamur dan juga udang serta limpahan kerang yang baru bisa kit alihat kalau kita mengaduk mangkuknya sampah ke bawah. Saat badan sudah lelah bolak-balik rumah ke kantor dengan transportasi umum, sajian jjampong yang panas dan banyak gizinya itu membuat tubuh saya terasa hangat dan bahagia. Jus lemon yang manis dan lembut di mulut melengkapi lezatnya makan malam saat itu.

anyeong jjampong!


Harga makanan (belum pajak):
Jus Melon 16.564
Jjampong 40.900
Dakgalbi Bokkeumbap+mozarella Cheese 71.818

Nilai dari saya:

Ambiance Restoran: 7.8
Service: 8.5
Rasa makanan: 8
Harga: a bit pricey but worth it
Repurchase: Yess!


Informasi Restoran:
Yoogane Cimahi
Ruko Town place, Jl. HMS Mintareja Sarjana Hukum, Baros, Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat 40521

Selain di Cimahi, ada 5 cabang Yoogane di Bandung:
  1. Yoogane Riau Junction
  2. Yoogane Festival City Link
  3. Yoogane di Jalan Peta No. 241
  4. Yoogane BEC
  5. Yoogane Yogya di Jalan Sunda
susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

7 komentar

  1. Waaah, baru tahu lho tentang resto Korea ini.
    Dari dulu kepo pengen nyobak makan jjampong, pernah nonton di Running Man hahaha, semacem ramen versi pedes gitu kali yah...

    BalasHapus
  2. Minggu lalu mampir ke Yoogane yang di BEC, kita makan Bimbimbap tapi ngga pake saus gochujangnya. Hehehe belum biasa, jadi enak plain.

    Penasaran sama menu lainnya. Kapan-kapan mungkin coba lagi. 😘

    BalasHapus
  3. Wah, aku jadi suka sama makanan Korea. Selain di Cimahi juga ada ternyata, ya. Mau nyoba aaaaah. Makanan Korea ternyata enak juga, ya. :D

    BalasHapus
  4. Kalo teteh aja mau balik lagi berarti kebayang enaknya.. kapan-kapan mau coba ah lumayan yang di Bandung nya deket-deket kantor tuh hihi

    BalasHapus
  5. Jadi penasaran sama Dakgalbi, penampakannya bikin ngileer. Kalau ke Yoogane, kayaknya saya mau pesan Dakgalbi juga. Bisa puas dan kenyaang hihi ...

    BalasHapus
  6. AKu cuma lewat aja, belum pernah mampir ke Yoogane nih :D.. Ajakin dong Cus, hahaha *bukan mau malak*

    BalasHapus
  7. Oh dimasakin ya, kirain disuruh makan sendiri hehe

    BalasHapus

Posting Komentar